ODOK kedua hari ini.
Rasa sakit di kakiku semakin terasa, sedikit warna putih menyembul dari kaki. Yah tulangku terlihat,rasanya ingin menangis, teriak kesakitan. Bius dikaki kini sudah hilang,mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa. Suamiku tidak segera pulang. BBM tidak dibalas, telfonpun tidak diangkat.
Ya Allah kemana dia? sudah tau istrinya kesakitan dia malah tidak ada disampingku. Rasanya ingin marah ketika mendengar si penambrak dengan enteng "mbak cuma lecet -lecet doang kan? tidak parah kan?" iya mbk cuma lecet.
Tapi perih mbk! sindir suster disampingku. Aku diam saja, bairin dia bicara sesuka hati menghindar dari kesalahan. Aku dengar diluar dia bicara lagi pada pacarnya.
"Kalo sampai berurusan sama polisi aku tidak takut yang, saudaraku banyak kok polisi."
Dalam ruanganku dirawat salah satu teman menyahut,
"kalo pacarku sudah aku tampar bibirnya, tidak bisa dijaga."
Hanya senyuman meringis kesakitan yang kuberikan. Rasa sakit dalam tubuhku sudah tidak bisa membuat aku berkata banyak waktu itu.
Bunyi bel rumah terdengar sampai kamarku, mungkin suami sudah pulang. Aku berusaha berdiri dengan sekuat tenaga membukakan pintu. Kucium tangan dan ku siapkan keperluannya. Aku berbaring lagi dikamar.
"Nda tau tidak, aku sudah dapat bengkel buat motor kita lo, sudah kutanyakan teman - teman juga."
sambil berlalu dia menonton tv.
Ya Allah kemana dia? sudah tau istrinya kesakitan dia malah tidak ada disampingku. Rasanya ingin marah ketika mendengar si penambrak dengan enteng "mbak cuma lecet -lecet doang kan? tidak parah kan?" iya mbk cuma lecet.
Tapi perih mbk! sindir suster disampingku. Aku diam saja, bairin dia bicara sesuka hati menghindar dari kesalahan. Aku dengar diluar dia bicara lagi pada pacarnya.
"Kalo sampai berurusan sama polisi aku tidak takut yang, saudaraku banyak kok polisi."
Dalam ruanganku dirawat salah satu teman menyahut,
"kalo pacarku sudah aku tampar bibirnya, tidak bisa dijaga."
Hanya senyuman meringis kesakitan yang kuberikan. Rasa sakit dalam tubuhku sudah tidak bisa membuat aku berkata banyak waktu itu.
Bunyi bel rumah terdengar sampai kamarku, mungkin suami sudah pulang. Aku berusaha berdiri dengan sekuat tenaga membukakan pintu. Kucium tangan dan ku siapkan keperluannya. Aku berbaring lagi dikamar.
"Nda tau tidak, aku sudah dapat bengkel buat motor kita lo, sudah kutanyakan teman - teman juga."
sambil berlalu dia menonton tv.
Dikamar bewarna hijau kesukaanku ini, air mataku tak tertahankan lagi. Ya Allah seharian suamiku tak pulang, tak khawatir padaku, ternyata dia malah khawatir dengan motornya? rasanya sesak sekali dada ini. Ingin menangis keras biar dia tau, mendengar bahwa aku kesakitan luar biasa. Sejak dulu aku selalu berusaha menjadi wanita mandiri, tidak ingin merepotkan orang lain jika aku masih bisa. Karena kaki yg satu masih bisa buat berjalan makanya aku berusaha tidak merengek kepadanya, kutahan rasa sakit ini. "Terima kasih cinta, untuk segalanya" hapeku berbunyi tanda sms. Kulihat layar hape sms dari Dhira, "
"assalamu'alaikum mbk, gimana kabarnya? sudah baikan belum? tadi pak agung bilang sudah ditandatangani dan langsung di ACC mbk, alhamdulillah proyek kita lancar sekarang."
Wa'alaikumsalam dhir, sudah lumayan nih. Iya alhamdulillah sudah di ACC."
balasku pada dhira malam ini, dan akhirnya kupejamkan mata menghilangkan rasa sakit dikaki dan hatiku.
"assalamu'alaikum mbk, gimana kabarnya? sudah baikan belum? tadi pak agung bilang sudah ditandatangani dan langsung di ACC mbk, alhamdulillah proyek kita lancar sekarang."
Wa'alaikumsalam dhir, sudah lumayan nih. Iya alhamdulillah sudah di ACC."
balasku pada dhira malam ini, dan akhirnya kupejamkan mata menghilangkan rasa sakit dikaki dan hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar