Hujan mengguyur kota sejuta bunga. Sejak pagi, matahari
belum juga muncul untuk memberikan cahaya. Semua orang sibuk dengan payung dan
mantel hujan. Air mengenang di sepanjang jalan yang berlubang. Angin berkali-kali
mengoyangkan pepohonan disebrang jalan. Jam pulang sekolah sudah satu jam yang
lalu. Gadis kecil sibuk memainkan jas hujannya. Dia hitung berkali-kali kancing
mantelnya dan berkali-kali pula saat hitungan ke sepuluh, dia menengok
kesebrang jalan. Berharap Ibunya segera datang menjemput. Wajah bulatnya
semakin lucu ketika bibir yang dimilikinya
dia monyongkan beberapa centi. Pipinya gembil, matanya bulat dan kulitnya
putih. selalu membuat orang gemas melihatnya. Apalagi saat marah atau tertawa,
pipinya cepat sekali berubah warna merah.
“Fathiyah …” gadis kecil itu mencari sumber suara.
“Bunda … uh… lama sekali. sepatuku basah Bund.” Wajahnya memelas, sembari menjulurkan kedua tangannya
untuk meminta sang Bunda mengendong dirinya menuju parkiran.
“iya, maafkan bunda ya sayang. hari ini Abi pulang, jadi bunda
menyiapkan masakan buat kita. Setelah ini kita kebandara ya?”
“yeeaaa … beneran Bund, Abi pulang?” sang ibu menganggukan
kepala sembari menyetir keluar parkiran sekolah.
“Aku sudah kangen Abi. Lama sekali tidak bertemu dengannya. Kalau
tidak salah dua bulan lebih tiga hari, ya bund?” sang ibu tersenyum. Mengelus kepala
putrinya dan berkata,
“anak Abi pintar ya. Sampai hafal abi udah berapa hari
perginya.”
“iya dong. Fathiyah kan pintar kayak Bunda.” Sembari memajukan
bibirnya.
Sesampai dibandara, Fathiyah segera menarik bundanya segera
menuju ruang tunggu. Sibuk mencari-cari sesosok lelaki yang dia cintai.
“Assalamu’alaikum Khumaira.”
“Abiii…” gadis itu segera lari dan langsung memeluk sosok
tinggi dengan janggut sedikit di dagunya. Sang bunda tersenyum sembari
meneteskan air mata bahagia. Kerinduan sang anak kepada ayahnya telah
terbalaskan. Setiap doa-doa dalam sholat telah Allah kabulkan. Dia selalu ingat
doa sang putri di setiap selasai sholat,
“Nenek, Bunda dan Abi diberi kesehatan, dalam lindungan
Allah swt, Abi segera pulang lalu
berkumpul sama bunda dan aku. Aku ingin bermain ketaman sama Abi ya Allah.”
Sepanjang jalan, gadis itu banyak sekali bercerita. Dari sekolah
hingga teman-teman baru yang dia miliki di rumah barunya. Sang bunda dan
Ayahnya tersenyum dan sesekali menanggapi gadis kecilnya.
Tiba-tiba, Fathiyah mendongakkan kepala ke arah Abinya
seraya berkata,
“Bi, tapi jangan marah ya?”
“kenapa sayang?’
“semalam … emmm, dengan terbata-bata mengatakan, aku lupa
Bi, berdoa mau tidur. Maaf ya Bi. Fathiyah keasyikan mengambar terus ngantuk
Bi. Abi enggak marah kan?”
“iya sayang. Abi tidak marah. Lain kali, jangan kemalaman ya
belajarnya. Biar bisa wudhu dan berdoa sebelum tidur.”
“Alhamdulillah. Makasih Bi.”
Sesampai dirumah, Fathiyah segera lari menuju pintu rumah. Langsung
masuk kamar, lalu mengambil sesuatu yang
ingin dia perlihatkan pada Abinya. Dia tak ingin menunggu sore, apalagi ganti
baju. Dia tahu Abinya lelah. Tapi ini adalah waktu yang tak boleh ditunda.
“Abi! Lihat deh, ini aku yang buat lho.”
Sang Ayah menatap diam dengan kertas yang putrinya berikan. Tiba-tiba
bulir air mata menganak sungai. Rasanya sulit untuk ditahan. Mendesak-desak
keluar karena haru. Dipeluk putri kecilnya dan dia cium berkali-kali sembari
meminta maaf.
“jadi, semalam membuat ini ya?” Tanya Abinya.
“iya Bi. Sampai bunda minta dilanjut besok, katanya dia
bilang, nanti kalau abi keburu pulang belum jadi kan malu. Gitu katanya. Abi
bilang kan pulangnya besok. Ternyata sekarang. Hatinya kuat bahwa kamu pasti
pulang hari ini Bi.” Kata sang istri.
"Bunda... ssttt ... aku kan tahu abi kangen kita. Hehe ... jadi pasti segera pulang. Bi, ini gambar aku sama Abi lagi main ayunan. Nenek sama Bunda duduk menemani kita main. Terus yang ini, abi sama aku seharin dirumah bacain dongeng. Hehe ... "
Sang Ayah merasa bahagia dan bangga. Putrinya sudah tumbuh besar dan makin pintar. Dalam hati ia berkata, tak lama lagi kita tak perlu berpisah lama karena kerjaan abi, sayang.
"Besok kita main ketaman sayang. seperti yang ada digambar ini. sekarang, Khumaira abi ganti baju, cuci tangan lalu abi suapi makan? Gimana?”
"Besok kita main ketaman sayang. seperti yang ada digambar ini. sekarang, Khumaira abi ganti baju, cuci tangan lalu abi suapi makan? Gimana?”
“mauuu… antusias bahagai membuat seisi rumah tertawa
bersama.
Foto Ponakan di negeri Jiran :D comelnya. Amma jadikan model blog. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar