Label

Minggu, 21 Februari 2016

Sang Idola


      Mengingat masa lalu saat masih kelas satu SMA. Guru biologi saya bertanya siapa idola kami. Jumlah anak dalam kelas seingat saya ada 40 orang. Jawabannya pun beragam. Dari mengidolakan artis, atlit hingga tokoh ternama. Saya pun saat itu masih mengidolakan seorang artis. Sayang, saya lupa siapa dulu yang saya idolakan. :D yang mengagumkan, dari empat puluh anak itu, hanya dua anak saja yang mengidolakan rosulullah. Hah? Dua saja! Iya, hanya dua anak. Saat mengetahui hal itu, saya teringat dan malu. Kenapa yang saya idolakan bukan nabi Muhammad? Tapi artis. Yang saya kenal melalui tabung kaca berbentuk kota kecil. apa dia bisa membantu saya di akhirat atau memberi teladan? Ternyata tidak. Yang saya idolakan waktu itu hanya karena kecantikan. Fisik, dhohirnya saja. Tak ada istimewa lebih seingat saya.

     Duh … sedih, iya. tapi waktu SMA, pemahaman saya tentang nabi memang masih kurang. Wajar bila cinta saya belum begitu besar. Pantas jika beliau tak masuk daftar idola dalam hati. Bagaimana dengan kalian? Siapa idola yang dijadikan teladan? padahal, diakhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau idolakan. 

     Semakin banyak pertanyaan siapa yang saya idolakan, disitu saya mencari tahu, siapa sebenarnya yang harus saya idolakan? Apa iya artis? Kok semakin nambah usia, saya enggak begitu excited banget sama artis. Malah sejak lulus SMA, saya mulai mengurangi mengidoalakan artis. Yang masih bikin “waoww” itu pas BBF itu deh. suka sama peran Ko Hei-sun dan Kim Hyun-joong. Hmm… gara-gara itu, demam korea saya kumat. Hahaha … parah! Saya memang menyukai film berbau drama. Jadi sampai sekarang, novel sangat saya sukai, tapi kalau sekarang yang saya buru novel islami. Makannya, soal pacaran, meski tahu itu tidak dibolehkan dalam islam, saya masih dukung-dukung aja sama teman yang pacaran. Kalau sekarang saya kurang tertarik untuk mendukung, lebih ke saran untuk segera menikah saja, kalau tidak mau nikah, putusin! Hehhe … lelaki yang baik bukan macarin, tapi halalin. Menjaga kehormatan diri, nama orangtua dan pastinya terhindar dari fitnah. 

     Sejak tiga tahun yang lalu. Pas saya dapat hikmah dari Allah. ada sesuatu hal yang membuat saya makin jadi dekat denganNya. Mulai tak tertarik bersmsan dengan teman co. meski hanya bercanda tapi saya jadi tak tertarik. Selalu mikir, ngapain banyak canda kalau tak ada manfaatnya. Apalagi pada lelaki. Tak baik. Saya perempuan. Harus jaga sikap. Bukan sok jaim. Tapi harus bisa jaga hati juga biar tak terjebak lagi sama virus merah jambu. Perempuan kan rentan hatinya sama begituan. Harus extra kuat bentengin temboknya kalau enggak mau rapuh dan lama-lama roboh deh. aakkkk tidakkk!

     Akhinya, entah kapan pastinya. Allah dekatkan saya dengan teman-teman muslimah. Mereka yang sangat mencinta Allah, Alqur’an dan pastinya menjadikan nabi sebagai teladan dalam hidup. Nah, disinilah saya jadi makin mantep dan cinta sama beliau. Saya jadi sering “kepo” dengan kisah beliau. Apalagi pas saya pertama kali beli buku berjudul “Khadijah. The true love story of Muhammad.”  Masya Allah. perjuangan beliau membuat saya menangis dan hati berdecak kagum. Inilah harusnya yang saya idolakan. Sosok nabi yang akan memberi syafaat bagi saya di yaumil kiyamah nantinya. Bukan artis yang menutup aurat saja masih engan. Apalagi mau kasih contoh baik buat taat sama Allah. 

    Anas bin Malik ra mengisahkan, “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi saw tentang hari kiamat, “Kapankah kiamat datang?” Nabi pun saw menjawab, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku belum mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya saw” Maka Rasulullah saw bersabda, “Seseorang (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya, dan engkau akan bersama yang engkau cintai.” Anas pun berkata, “Kami tidak lebih bahagia daripada mendengarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.’” Anas kembali berkata, “Aku mencintai Nabi saw, Abu Bakar dan Umar, maka aku berharap akan bisa bersama mereka (di hari kiamat), dengan cintaku ini kepada mereka, meskipun aku sendiri belum (bisa) beramal sebanyak amalan mereka.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [X/557 no: 6171] dan at-Tirmidzi dalam Sunan-nya [2385]).

     So, mulailah berfikir ulang untuk mengidolakan seseorang. Apakah ia mampu membuat kita makin dekat dengan Allah, atau malah semakin menjauhkan dariNya. Hidup adalah pilihan. Mau jadi orang yang dicintai Allah, atau mau jadi hamba yang dimurkainya. Hanya kita sendiri yang tahu. 

Semangat. Jangan menyerah untuk jadi baik. Selagi ada nafas, disitulah kesempatan. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar