Mengingat masa lalu saat masih kelas satu SMA. Guru biologi
saya bertanya siapa idola kami. Jumlah anak dalam kelas seingat
saya ada 40 orang. Jawabannya pun beragam. Dari mengidolakan artis, atlit hingga tokoh
ternama. Saya pun saat itu masih mengidolakan seorang artis. Sayang, saya lupa
siapa dulu yang saya idolakan. :D yang mengagumkan, dari empat puluh anak itu,
hanya dua anak saja yang mengidolakan rosulullah. Hah? Dua saja! Iya, hanya dua
anak. Saat mengetahui hal itu, saya teringat dan malu. Kenapa yang saya
idolakan bukan nabi Muhammad? Tapi artis. Yang saya kenal melalui tabung kaca
berbentuk kota kecil. apa dia bisa membantu saya di akhirat atau memberi teladan?
Ternyata tidak. Yang saya idolakan waktu itu hanya karena kecantikan. Fisik,
dhohirnya saja. Tak ada istimewa lebih seingat saya.
Duh … sedih, iya. tapi waktu SMA, pemahaman saya tentang
nabi memang masih kurang. Wajar bila cinta saya belum begitu besar. Pantas jika
beliau tak masuk daftar idola dalam hati. Bagaimana dengan kalian? Siapa idola
yang dijadikan teladan? padahal, diakhirat kelak engkau akan bersama orang yang
engkau idolakan.
Semakin banyak pertanyaan siapa yang saya idolakan, disitu
saya mencari tahu, siapa sebenarnya yang harus saya idolakan? Apa iya artis? Kok
semakin nambah usia, saya enggak begitu excited banget sama artis. Malah sejak
lulus SMA, saya mulai mengurangi mengidoalakan artis. Yang masih bikin “waoww”
itu pas BBF itu deh. suka sama peran Ko Hei-sun dan Kim Hyun-joong. Hmm… gara-gara itu, demam
korea saya kumat. Hahaha … parah! Saya memang menyukai film berbau drama. Jadi sampai
sekarang, novel sangat saya sukai, tapi kalau sekarang yang saya buru novel islami. Makannya, soal pacaran, meski tahu itu tidak
dibolehkan dalam islam, saya masih dukung-dukung aja sama teman yang pacaran. Kalau
sekarang saya kurang tertarik untuk mendukung, lebih ke saran untuk segera menikah
saja, kalau tidak mau nikah, putusin! Hehhe … lelaki yang baik bukan macarin,
tapi halalin. Menjaga kehormatan diri, nama orangtua dan pastinya terhindar
dari fitnah.
Sejak tiga tahun yang lalu. Pas saya dapat hikmah dari
Allah. ada sesuatu hal yang membuat saya makin jadi dekat denganNya. Mulai tak
tertarik bersmsan dengan teman co. meski hanya bercanda tapi saya jadi tak
tertarik. Selalu mikir, ngapain banyak canda kalau tak ada manfaatnya. Apalagi pada
lelaki. Tak baik. Saya perempuan. Harus jaga sikap. Bukan sok jaim. Tapi harus
bisa jaga hati juga biar tak terjebak lagi sama virus merah jambu. Perempuan kan
rentan hatinya sama begituan. Harus extra kuat bentengin temboknya kalau enggak
mau rapuh dan lama-lama roboh deh. aakkkk tidakkk!
Akhinya, entah kapan pastinya. Allah dekatkan saya dengan
teman-teman muslimah. Mereka yang sangat mencinta Allah, Alqur’an dan pastinya
menjadikan nabi sebagai teladan dalam hidup. Nah, disinilah saya jadi makin
mantep dan cinta sama beliau. Saya jadi sering “kepo” dengan kisah beliau. Apalagi
pas saya pertama kali beli buku berjudul “Khadijah. The true love story of
Muhammad.” Masya Allah. perjuangan
beliau membuat saya menangis dan hati berdecak kagum. Inilah harusnya yang saya
idolakan. Sosok nabi yang akan memberi syafaat bagi saya di yaumil kiyamah
nantinya. Bukan artis yang menutup aurat saja masih engan. Apalagi mau kasih
contoh baik buat taat sama Allah.
Anas bin Malik ra mengisahkan, “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi saw
tentang hari kiamat, “Kapankah kiamat datang?” Nabi pun saw menjawab, “Apa yang
telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang itu menjawab, “Wahai
Rasulullah, aku belum mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja
aku mencintai Allah dan Rasul-Nya saw” Maka Rasulullah saw bersabda, “Seseorang
(di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya, dan engkau akan bersama
yang engkau cintai.” Anas pun berkata, “Kami tidak lebih bahagia daripada
mendengarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Engkau akan bersama
orang yang engkau cintai.’” Anas kembali berkata, “Aku mencintai Nabi saw, Abu
Bakar dan Umar, maka aku berharap akan bisa bersama mereka (di hari kiamat),
dengan cintaku ini kepada mereka, meskipun aku sendiri belum (bisa) beramal
sebanyak amalan mereka.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [X/557 no: 6171] dan
at-Tirmidzi dalam Sunan-nya
[2385]).
So, mulailah berfikir ulang untuk mengidolakan seseorang. Apakah
ia mampu membuat kita makin dekat dengan Allah, atau malah semakin menjauhkan
dariNya. Hidup adalah pilihan. Mau jadi orang yang dicintai Allah, atau mau jadi hamba
yang dimurkainya. Hanya kita sendiri yang tahu.
Semangat. Jangan menyerah untuk jadi baik. Selagi ada nafas, disitulah kesempatan. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar