Ketika hidup terasa sulit, hati menjadi sempit. semua pergi,
tak ada satupun yang tinggal untuk menguatkan hati. Kemana lagi harus mengadu?
Marah tak ada artinya. Tak mampu menyelesaikan segala kesulitan yang membelit.
Kenapa sedih? Bukankah ada Allah? Dia yang akan
mendengarkan dan mengabulkan segala harapan di setiap tetes air matamu di dalam
doa? Kenapa tak kamu dekati Dia? Adukanlah segala kegundahan hati. Bersabarlah
hingga doa-doamu itu terkabulkan. Tilawah saja supaya hatimu menajdi tenang dan
tak lagi ada keraguan akan kekuasaan Allah. Sebab Allah tak akan mungkin
mengingkari hambanya. Berusaha selalu istiqomah. Ikhlas adalah kunci dari
kesabaran. Semua ini adalah cobaan. Mampukah melewatinya?
Sudah tahukan kamu kisah nabi Ayub? Pelajarilah ilmu sabar dari Nabi Ayyub alaihi salam. Selama delapan puluh tahun, nabi Ayyub hidup dengan limpahan karunia dan anugerah dari Allah. Dia dikarunia dua belas anak laki-laki dan perempuan. Kesehatan yang prima, hingga banyak orang menyukainya.
Kemudian, Allah menghendaki semua anaknya meninggal dunia.
Menderita penyakit yang sangat parah, hingga lumpuh tak berdaya. Orang-orang
disekitarnya meninggalkannya. Dan hanya tersisa satu orang. Dia adalah Istri
terncintanya Tuafiyah yang sangat sabar! (jaman sekarang, sulit menemukannya.
Apalagi ketika kondisi pasangan berubah mengenaskan!)
Sakit nabi Ayyub alaihi salam, merasakan sakit ini selalu delapan belas tahun! Siapa orang yang sabar menghadapi kondisi seperti itu?
Sang istri membelanjakan semua harta yang dimiliki untuk
berobat, hingga tiada lagi sisa di dalam rumah nabi Ayyub. Akhirnya ia keluar
untuk bekerja dengan orang lain.
Istri bekerja untuk orang lain, demi sesuap nasi dan suami
yang sakit parah! Tapi dia tetap bersabar.
Hingga suatu ketika, sang istri berkata “tidakkah engkau
memohon kepada Allah, agar dia menyembuhkan dirimu? “ nabi Ayyub berkata,
“Sesungguhnya Allah telah menganugerahkan nikmat-Nya
kepadaku selama delapan puluh tahun, dan aku akan bersabar selama delapan puluh
tahun, baru setelah itu aku berdoa kepada-Nya!”
Nabi Ayyub terus bersabar, hingga suatu saat, istrinya
terpaksa menjual rambutnya. (padahal itu adalah perhiasan yang paling mahal!)
lalu nabi mengetahui kalau istrinya menjual sanggul rambutnya. Maka dia pun
berdoa kepada Allah.
Apa doa nabi Ayyub? Apakah dia berkata,
“Ya Allah, aku telah bersabar selama delapan belas tahun?”
Atau,
“Ya Allah, mengapa semua ini terjadi?” tidak! Nabi Ayyub berkata,
“ (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan
Engkau adalah yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. (Al-Anbiya :83)
Maka jawabannya adalah :
“ Maka kami pun memperkenankan seruannya, lalu kami
lenyapkan penyakit yang ada padanya dan kami kembalikan kelaurganya kepadanya,
dan kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi kami
dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (Al-Anbiya : 84
)"
Kisah diatas, menjadi pembelajaran untukku pribadi. Bisakah aku bersabar atas meninggalnya orang yang dicintai? Maukah
bersabar dengan musibah yang menimpa? kadar kesabaranku masih jauh dibanding
kesabaran nabi Ayyub. Tapi berusaha. Karena aku telah kehilangan dua orang tercinta. Bersabar menghadapi kehidupan ini yang terkadang mengharuskan mandiri. Jika dulu ketika butuh apa-apa selalu mengandalkan bapak, sekarang mau tak mau harus bersabar belajar mandiri. Bukan mengandalkan orang lain. Sebisa mungkin berusaha bersabar. Semoga aku mampu melewati ujian kesabaran selanjutnya.
Orang yang paling baik diantara kita adalah orang yang telah
berhasil menghimpun tiga macam kesabaran di dalam dirinya, yaitu ; ketika
menghadapi musibar dia bersabar, dia juga bersabar melakukan ketaatan, dan pada
saat yang sama dia juga menghindari dan bersabar (menahan diri) dari
kemaksiatan.
Referensi : buku Mari Bersabar.
01-07-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar