Label

Rabu, 17 Juni 2015

Salam Rindu

     Jika rasa sakit mampu mengugurkan dosa-dosa, biarlah sakit ini sebagai penebus dosa yang telah banyak aku miliki.
Arsya kian hari semakin kurus, wajahnya pucat pasi. Rambutnya mulai rontok beberapa helai setiap harinya. Keceriannya tak mampu menutupi arti yang sebenarnya ia hadapi. Semenjak kecil ia selalu bahagia, semua orang menyayanginya. mengharapkan ia tumbuh menjadi gadis lincah dan sehat. dia selalu berusaha menjadi apa yang orang tersayang harapkan.

     Langkah itu semakin cepat, berderet-deret kompak. Setiap langkahnya membunyikan suara tik-tok berirama indah. lLngkah sepatu para dokter. Arsya selalu mengangap bahwa suara kaki para dokter dan suster yang setiap minggu datang kerumahnya merasa sebuah penghibur rasa sepi. Ia tak merasa sendiri atau terabaikan dengan rasa sakit yang dimiliki. Setidaknya masih ada orang lain yang memperhatikan dia selain keluarga dan kerabat. 

     Dokter Rani. Wanita bertubuh langsing dan cukup cantik itu menjadi dokter pribadi keluarga Arsya. Sebenarnya dokter Rani bukanlah dokter utama. Dia sebelumnya hanyalah asisten dokter Rasyid. Namun setelah dokter rasyid wafat, dialah yang ditunjuk oleh dokter menjadi penerusnya. Dan Ayah Arsya menyetujuinya. Karena dia juga cukup kompeten dan cocok mengantikan dokter Rasyid. Pandai menghibur pasien.

  ***  

"Kak, gimana ta'arufnya? lancar dong?" goda Airin pada kakaknya."

"Oh... aku mundur!"

"Hah? mundur? yang benar saja! itu pria terbaik yang aku pilihkan untukmu. Kak ada yang baik lagi saat ini menurutku. Susah tauk!" wajahnya merah padam. Merasa geram dengan prilaku kakaknya. Karena sangat sulit untuk segera memilih pendamping hidup. 

"Itu kan menurut kamu? bukan aku. Yang menikah aku, yang menjalani hidup aku. Kenapa kamu memaksaku segera menikah? Apa kamu sudah bosan memiliki kakak? hah! cepat-cepat menikah supaya segera pergi dari rumah bukan?" balas sang kakak penuh amarah. Tak ingin kalah. 

"Ah... sudahlah! lelah aku berdebat denganmu. memang kamu susah melupakan lelaki..."

"Lelaki apa maksudmu?"

"aneh" jawab Airin dalam hati. Lalu dia pergi meninggalkan Arsya sendirian dalam ruang tamu keluarga.

     Sampai saat ini memang tak mudah melupakan sosok yang sudah ada dalam hati. Berkali-kali berusaha melupakan, bukan hilang, malah semakin dekat sosok itu tiba dalam ingatan. Arsya merasa lelaki itu akan datang padanya. Meski hanya mengucapkan selamat tinggal. Lalu tiba-tiba ada pesan yang mengejutkan Arsya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar