Ada banyak cara yang Allah miliki untuk memberikan hidayah kepada setiap hambanya. Dan inilah yang Dia berikan kepadaku.
Menjadi anak perempuan satu-satunya pastinya akan membuat diri menjadi
merasa istimewa Karena tak ada yang lain. Memiliki tiga saudara
laki-laki itu sangatlah membahagiakan. Banyak yang akan menjagaku ketika
ada yang menganggu. Ayah begitu menyanyangiku. Setiap ingin sesuatu,
dia mengabulkannya. Berbeda dengan ibu. Dia tidak memanjakanku. Sebab
itulah caranya supaya aku tidak seenaknya meminta sesuatu dalam sekejap
langsung ada.
Keluarga inilah yang menjadi bagian inpirasi dalam
hidup untuk lebih baik. Tak ada yang kebetulah bukan? Jika Allah ingin
merubah hambaNya menjadi lebih baik. Berarti Dia menyayangi kita sebagai
hambaNya. Dia tak ingin kita tersesat atau terjatuh dalam lubang hitam.
Jika sampai itu terjadi Allah pasti akan memberi ribuan cara supaya
kita memilih jalan mana yang baik untuk kita tempuh. Tapi, pastinya
pilihan hanya akan ada sekali. Jika lebih itu adalah sebuah
keberuntungan.
Hidup dalam zaman modern akan menjadi tantangan
buat diriku yang memiliki banyak kekurangan. Dari fisik yang big size
dan otak yang tak begitu pandai. Aku harus kuat. Sering kali aku
dicemooh karena kekuranganku ini. Karena gaya modern mampu membuat orang
menjadi tak percaya diri.
“apa yang harus aku lakukan ya Allah?”
Rasanya ingin sekali menangis. Mengadu sepuas hati. Mengapa jadi seperti ini? Tapi semua tak akan ada gunanya jika hanya mengeluh tanpa ada
usaha. Berdoa adalah senjata utama. Tak pernah berhenti berdoa dan
berharap. Semoga Dia akan mengabulkan yang setiap harapan. Salah satu impian dalam hidup adalah bisa melanjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi, yaitu bisa mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Tapi,
rasanya itu hanya mimpi yang tak mungkin bisa terwujud. Terlebih lagi
ketika musibah kebakaran di pusat pasar datang merenggut tempat mencari
rejeki keluarga. Karena imbas dari kebakaran itu membuat penghasilan
keluarga menjadi berkurang dan tidak stabilnya kondisi ekonomi. Akhirnya
sebelum mendapatkan kerja, aku membantu orangtua berjualan. Di pasar
menjadi kegiatan sehari-hari. Membaca buku menjadi kesempatan untuk
memanfaatkan waktu luang. Ketika tak ada pembeli lebih baik membaca
buku. Membunuh sepi dan menghilangkan rasa jenuh. Karena kadang merasa bosan, sangat bosan. Apalagi jika pembeli hanya sedikit.
Hingga suatu hari, ketika lebaran tiba, keluarga berkumpul bersama. Kakak bertanya sesuatu padaku.
“Kuliah di sini berapa biayanya Ma?”
“Ya tegantung. Ambil kelas regular atau tidak.” jawabku dengan nada ragu
“Ya sudah kamu cari info dulu ya.”
“Memangnya Kakak mau kuliah di sini?” tanyaku padanya
“Ya tidaklah. Aku dijakarta. Yang kuliah ya kamu itu.”
“Hah? Aku? Apa aku masih bisa kuliah? 22 tahun Kak?”
to be continued.
Inshaa Allah ini akan dibukukan secara antologi bersama teman lainnya di event GA Nakindonesia.
@maeyda_prastya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar