Label

Rabu, 01 April 2015

HADIAH DARI ALLAH


     Ada banyak cara yang Allah miliki untuk memberikan hidayah kepada setiap hambanya. Dan inilah yang Dia berikan kepadaku.


Menjadi anak perempuan satu-satunya pastinya akan membuat diri menjadi merasa istimewa Karena tak ada yang lain. Memiliki tiga saudara laki-laki itu sangatlah membahagiakan. Banyak yang akan menjagaku ketika ada yang menganggu. Ayah begitu menyanyangiku. Setiap ingin sesuatu, dia mengabulkannya. Berbeda dengan ibu. Dia tidak memanjakanku. Sebab itulah caranya supaya aku tidak seenaknya meminta sesuatu dalam sekejap langsung ada.

     Keluarga inilah yang menjadi bagian inpirasi dalam hidup untuk lebih baik. Tak ada yang kebetulah bukan? Jika Allah ingin merubah hambaNya menjadi lebih baik. Berarti Dia menyayangi kita sebagai hambaNya. Dia tak ingin kita tersesat atau terjatuh dalam lubang hitam. Jika sampai itu terjadi Allah pasti akan memberi ribuan cara supaya kita memilih jalan mana yang baik untuk kita tempuh. Tapi, pastinya pilihan hanya akan ada sekali. Jika lebih itu adalah sebuah keberuntungan.

     Hidup dalam zaman modern akan menjadi tantangan buat diriku yang memiliki banyak kekurangan. Dari fisik yang big size dan otak yang tak begitu pandai. Aku harus kuat. Sering kali aku dicemooh karena kekuranganku ini. Karena gaya modern mampu membuat orang menjadi tak percaya diri.

     “apa yang harus aku lakukan ya Allah?” Rasanya ingin sekali menangis. Mengadu sepuas hati. Mengapa  jadi seperti ini? Tapi semua tak akan ada gunanya jika hanya mengeluh tanpa ada usaha. Berdoa adalah senjata utama. Tak pernah berhenti berdoa dan berharap. Semoga Dia akan mengabulkan yang  setiap harapan. Salah satu impian dalam hidup adalah bisa melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, yaitu bisa mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Tapi, rasanya itu hanya mimpi yang tak mungkin bisa terwujud. Terlebih lagi ketika musibah kebakaran di pusat pasar datang merenggut tempat mencari rejeki keluarga. Karena imbas dari kebakaran itu membuat penghasilan keluarga menjadi berkurang dan tidak stabilnya kondisi ekonomi. Akhirnya sebelum mendapatkan kerja, aku membantu orangtua berjualan. Di pasar menjadi kegiatan sehari-hari. Membaca buku menjadi kesempatan untuk memanfaatkan waktu luang. Ketika tak ada pembeli lebih baik membaca buku. Membunuh sepi dan menghilangkan rasa jenuh. Karena kadang merasa bosan, sangat bosan. Apalagi jika pembeli hanya sedikit.

Hingga suatu hari, ketika lebaran tiba, keluarga berkumpul bersama. Kakak bertanya sesuatu padaku.

“Kuliah di sini berapa biayanya Ma?”

“Ya tegantung. Ambil kelas regular atau tidak.” jawabku dengan nada ragu

“Ya sudah kamu cari info dulu ya.”

“Memangnya Kakak mau kuliah di sini?” tanyaku padanya

“Ya tidaklah. Aku dijakarta. Yang kuliah ya kamu itu.”

“Hah? Aku? Apa aku masih bisa kuliah? 22 tahun Kak?”


to be continued.

Inshaa Allah ini akan dibukukan secara antologi bersama teman lainnya di event GA Nakindonesia.

@maeyda_prastya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar