Kami tiga bersaudara. Hasna adalah adik perempuan yang kami sayangi. Hari ini kita berkumpul bersama. Bercakap kisah masing-masing setiap akhir pekan. Pertemuan ini rutin kita lakukan dan kadang menonton bersama dan mengkaji isi dalam film tersebut. Kini giliran dia bercerita. Menceritakan apa yang diinginkan seorang wanita. Lalu dia berkisah bak seorang guru besar menceramahi murid-muridnya.
"Wanita itu butuh kepastian, jangan suka memainkan perasaannya jika kalian tak sanggup untuk memberi kepastian. Pertanggung jawaban itu sangat penting. Dan tanggung jawab harus disaksikan oleh tuhan. Jangan mengantungkan perasaan mereka. Meski aku belum pernah jatuh cinta, tapi aku tau bagaimana rasanya di gantungin. tidak enak. menyesakkan. Digantungi sama dosen karena nilai belum kelar saja, rasanya galau. Apalagi cinta. Disitu kadang aku merasa sedih. Apa kalian akan melakukan hal tersebut?"
Kami berdua hanya diam. Mendengarkan dengan seksama dan mencoba memahami setiap kata-katanya. Namun ada satu hal yang mengusik hatiku, lalu aku ajukan sebuah pertanyaan, "Jika aku belum bisa memberi kepastian bagaimana?"
"jangan beri harapan!" jawab Hasna tegas. "Kak, jika seperti itu namanya bukan laki-laki. Tidak gentle lho. Lelaki yang baik tak akan mempermainkan hati wanita yang di cinta." lanjut Hasna dengan mantap. Kami pun saling pandang dan tersenyum.
Benar kata Hasna. Lebih baik kini aku harus menjaga jarak. Supaya tak dianggap memberi harapan palsu. Kasian jika akhirnya aku hanya bermanis dalam rayuan namun tak mampu memberi sebuah ketetapan sebuah janji. Sama saja dengan lelaki pengecut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar