Hatiku
berduka. Sedih, menangis tiada henti. Entah ini mungkin yang namanya sudah
terlanjur sayang. Ia bisa mengambil hatiku untuk menyayanginya. Ia mampu
membuatku ingin selalu dekat dengannya. Tingkah dan kelucuan yang ia hadirkan
membuatku meneteskan air mata saat kehilangannya. Dia sudah menemani cukup lama.
Pulang-pulang
dikejutkan dengan teriakan anak kecil. tetanggaku yang suka mainan sama Mimi. Dia
memanggil-manggil namaku.
“Mbak
Ima … mbak Imaa … kucingnya mati.” Aku tidak begitu jelas mendengar teriakannya yang
sambil berlari. Sebab aku masih berjalan mengendarai motor menuju rumah. Saat motor berhenti depan
rumah, dikejutkan dengan Mimi yang terkapar tak bernyawa. Aku langsung diam
sejenak. Kutahan tangisku. Segera kudekati dan kuelus-elus tubuhnya. Basah, mungkin basah
oleh air kencingnya. Sebab tak jauh darinya kulihat kotorannya. Wajahnya berubah.
Badannya masih lemas. Mungkin baru saja ia keracunan. Kalau aku melihat ia
kejang mungkin aku tak sanggup menatapnya. Tak tega.
Bergegas
aku mencari kain yang sudah tak terpakai namun masih bersih. Kubungkus ia. Kutinggalkan
sejenak untuk shalat dhuhur. Setelah itu aku membungkusnya dengan plastic untuk
mencari kebun tetangga yang lahannya kosong untuk menguburkannya. Alhamdulillah
kudapatkan tempat untuk menguburkannya. Diberi kemudahan oleh Allah.
Banyak
pelajaran yang aku dapatkan hari ini. kucing tidak akan makan sembarangan jika
perut kenyang. Kesalahan yang ada dalam diri ini, aku belum memberi makan
dengan kenyang. Aku dzalim padanya. Tak akan kuulangi. Sebab setiap hari jika
perut kenyang ia akan tiduran atau berlari-lari mainan. Mencakar kursi bahkan bercanda
dengan ibunya.
Dari
tadi pagi aku sudah akan membelikan ikan pindang untuknya. Saat pulang sudah
kubawakan ikan. Sayangnya, ia tak bisa menikmati lagi lezatnya ikan pindang.
Mimi makannya tidak ribet. Makan tempe goreng, tahu putih, roti ia mau, kadang
aku belikan makanan kucing malah ia tidak begitu suka. Makanya aku sayang
sekali padanya. Suka mengikutiku setiap pagi di dapur. Mengeong berkali-kali.
Setiap
aku pergi kewarung mengikuti. Sampai pemilik warung hafal dengan Mimi. Saat aku
pergi, dan motorku Nampak, ia berlari mendekat. Matanya lucu, bulunya halus. Sampai
tetanggaku yang suka kucing pun ingin memilikinya, saking bersihnya Mimi. Mimi
bersih sebab dirawat ibunya. Dijilat-jilat setiap hari. Setiap aku mandikan ia
akan berontak. Tapi tetap aku siram dengan air hangat dan kuberi sampo supaya
wangi.
Pikiranku
menjadi terigat saat-saat bersamanya. Kugendong dalam pangkuanku, terkadang ia
akan menjilat-jilat tanganku. Aku jadi tahu bagaimana lidah kucing. Ternyata kasar.
Pernah aku terpikirkan kalau kasarnya lidahnya sebagai sisir sekaligus. Sebab ia
akan menjilati bulunya dan menjadi rapi. :D :D
Tadi
pagi, aku sudah merasakan aneh. namun tak paham jika hal ini akan terjadi. Mimi
sempat mau muntah. Lalu aku bawa keluar dan kuelus bagian atas tubuhnya. Karena
tak jadi muntah, aku angkat dan kupangku. Mimi … maafkan aku yang pernah dengan
sengaja maupun tak sengaja dzalim padamu. Maafkan aku yang tidak bisa merawatmu
dengan baik. Sekarang tinggal ibu kamu yang ada disampingku. Akan aku jaga ia
dengan baik. Semoga Allah mengampuni
segala kesalahanku padamu.
Entah,
ia meninggal karena keracunan jebakan tikus atau memang sudah ajalnya. Kematian
… Tiada yang tahu kapan datang. menjadikan aku yang masih hidup ini untuk terus
tiada henti intropeksi diri. Sudah baikah shalatku? Amalku dan segala perbuatanku?
Membuatku semangat lagi untuk selalu tak akan menyerah mengejar cinta Allah.
memohon padaNya ampunan. Maafkan aku Mimi. Semoga kita bertemu di surgaNya. Aku
ikhlas melepasmu. Sebab kita hidup didunia ini memang hanya sementara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar